Selasa, 16 Februari 2016

Tugas Portofolio Mahasiswa

Tugas Terstruktur 1


1). Bagaimana reaksi ozonolisis dapat membentuk keton ?
Jawab:
Reaksi ozonolisis merupakan reaksi oksidasi ikatan rangkap oleh ozon (O3). Dilain hal reaksi ini digunakan untuk menentukan tempat ikatan rangkap pada senyawa yang belum diketahui sehingga reaksi ozonolisis terjadi pada alkena. Reaksi alkena dengan ozon akan menghasilkan keton dapat berupa keton dan aldehida dan bisa keton dan keton, Hal ini tergantung jenis senyawa yang di oksidasi.
contoh :
1. reaksi alkena dengan ozon menghasilkan keton dan aldehid
2. reaksi alkena dengan ozon menghasilkan keton dan keton

2). apakah Br mengalami proses radikal atau ionisasi ? dalam reaksi apa ? apa yang dihasilkan ? dan bagaimana mekanisme reaksinya ?
jawab :
Sebelumnya akan dijelaskan dahulu pengertian radikal dan ionisasi. Radikal adalah molekul yang kehilangan elektron, sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau sel lain. Dengan kata lain radikal bebas merupakan atom/gugus yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ini merupakan spesies yang sangat reaktif sehingga umurnya pendek. Radikal bebas dibentuk jika ikatan terbelah menjadi dua yang sama-sehingga setiap atom mendapat satu dari dua elektron yang dipakai untuk berikatan. sedangkan ionisasi adalah penguraian senyawa-senyawa menjadi ion-ion, berupa ion negatif dan ion positif.
Dari kedua pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Br mengalami proses radikal untuk bereaksi bukan proses ionisasi karena dalam yang dalam keadaan bebas Br membentuk Br2 yang bila direaksikan ikatannya akan terbelah menjadi dua yang sama sehingga setiap atom mendapat satu dari dua elektron yang dipakai untuk berikatan. Hal ini dapat terjadi pada reaksi antara etana dengan Br2 dan zat yang akan dihasilkan adalah bromometana
                                          CH3–CH3 + Br2   --->  CH3-CH2-Br
Mekanisme reaksinya :
1. tahap inisiasi
Br2  --->   Br • + Br •
2. tahap propagasi
CH3-CH2-H  + Br •   --->   CH3-CH2 • + HBr
CH3-CH2  +  Br2   --->   CH3-CH2-Br  +  Br •
3. tahap terminasi
Br • + Br •    --->   Br2
CH3-CH2  +  Br •     --->    CH3-CH2-Br 
CH3-CH2  + CH3-CH2    --->  CH3-CH2-CH2-CH3
H • + Br •    --->   HBr


  
Tugas Terstruktur 2

1). Apa perbedaan basa Lewis, basa Bronsted-Lowry dan basa Arhenius ?
Jawab:
            a. Teori Lewis
Basa merupakan zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron selain itu basa menurut Lewis adalah suatu spesies netral atau anion yang mempunyai pasangan elektron bebas yang berada dalam orbital molekuler berenergi tinggi.
 
  1. Teori Bronsted-Lowry
Basa adalah senyawa yang dapat menerima proton atau RESEPIEN PROTON atau AKSEPTOR PROTON “a proton (hydrogen ion) acceptor”
Pada reaksi asam Basa Bronsted-Lowry, terdapat dua pasangan asam basa. Pasangan pertama  merupakan pasangan antara  asam dengan basa konjugasi (yang menyerap proton); dalam hal ini ditandai dengan Asam-1 dan Basa-1. Pasangan kedua adalah pasangan antara basa dengan asam konjugasi (yang memberi proton); dalam hal ini ditandai dengan Basa-2 dan Asam-2. Rumusan kimia pasangan asam-basa konjugasi hanya berbeda satu proton (H+).
Perhatikan contoh-contoh berikut.
Asam-1
+
Basa-2
Basa-1
+
Asam-2
HCl
+
NH3
Cl-
+
NH4+
H2O
+
CO3
OH-
+
HCO3-
CH3COOH
+
H2O
CH3COO-
+
H3O+
HNO2
+
CH3COOH
NO2-
+
CH3COOH2+
  
       c. Teori Arrhenius
Basa adalah yang menghasilkan ion OH- 
larutan basa dibagi menjadi basa monoasidik dan poliasidik.Pembagian ini menunjukkan sifat keasaman (hidroksitas) suatu basa.
1.      Basa monoasidik yaitu basa yang dalam larutan air menghasilkan
NaOH(aq)              --->               Na+(aq)            +        OH-(aq)
natrium hidroksida                   ion natrium             ion hidroksida

NH4OH(aq)                --->            NH4+ (aq)          +        OH- (aq)
amonium hidroksida                ion amonium            ion hidroksida


2.  Basa poliasidik, yaitu basa yang dalam larutan air menghasilkan lebih dari satu ion hidroksida (OH-)
Contohnya adalah:
Ca(OH)2(aq)              --->              Ca2+(aq)           +       2OH- (aq)
kalsium hidroksida                    ion kalsium              ion hidroksida


2).  Bagaimana strutur HClO ?
Jawab :
stuktur HClO
proses terjaninya ikatan
elektorn valensi H = 1
elektron valensi O = 6
elektron valensi Cl = 7
                                 14


3).      Cari reaksi Wolden yang mana ketika bereaksi tidak berubah orientasinya !
Jawab :





4).   Apa ide dari SN1 ?
Reaksi SN1 adalah sebuah reaksi substitusi dalam kimia organik. SN1 adalah singkatan dari substitusi nukleofili dan "1" memiliki arti bahwa tahap penetapan laju reaksi ini adalah reaksi molekul tunggal. Reaksi ini melibatkan sebuah zat antara karbokation dan umumnya terjadi pada reaksi alkil halida sekunder ataupun tersier, atau dalam keadaan asam yang kuat, alkohol sekunder dan tersier. Dengan alkil halida primer, reaksi alternatif SN2 terjadi. Dalam kimia anorganik, SN1 dirujuk sebagai mekanisme disosiatif.mekanisme reaksi ini pertama kali diajukan oleh Christopher Ingold, dkk. pada tahun 1940
MEKANISME REAKSI  
Reaksi SN1 antara molekul A dan nukleofil B memiliki tiga tahapan:
1.     Pembentukan sebuah karbokation dari A dengan pemisahan gugus lepas dari karbon; tahap ini berjalan dengan lambat dan reversibel
2.     Serangan nukleofilikB bereaksi dengan A. Jika nukleofil tersebut adalah molekul netral (contoh: pelarut), tahap ketiga diperlukan agar reaksi ini selesai. Jika pelarutnya adalah air, maka zat antaranya adalah ion oksonium.
3.     Deprotonasi: Penyingkiran proton pada nukleofil yang terprotonasi oleh ion ataupun molekul di sekitar.


Mekanisme reaksi SN1 cenderung mendominasi ketika atom karbon pusat dikelilingi oleh gugus-gugus yang meruab karena gugus-gugus tersebut menyebabkan rintangan sterikuntuk terjadinya reaksi SN2. Selain itu, substituen yang meruab pada karbon pusat juga meningkatkan laju pembentukan karbokation oleh karena terjadinya pelepasan terikan sterik yang terjadi. Karbokation yang terbentuk juga distabilkan oleh stabilisasi induktif dan hiperkonjugasi yang berasal dari gugus alkil yang melekat pada karbon. Postulat Hammond-Leffler mensugestikan bahwa hal ini juga akan meningkatkan laju pembentukan karbokation. Oleh karena itu, mekanisme reaksi SN1 mendominasi pada reaksi di pusatalkil tersier dan juga terlihat pada reaksi di pusat alkil sekunder dengan keberadaan nukleofil lemah.
Ada analogi menarik perihal SN1, fenomenanya mirip-mirip dengan pasutri yang harus melabuhkan kapal ditengah lautan, lalu berjalan berlawanan dengan damai karena tidak adanya dukungan keadaan (cerai/pisah/terionisasi maksudnya). Disinilah terbuka peluang bagi “calon-calon” gugus datang yang ingin mengisi kekosongan. Alhasil, mudah bagi si calon untuk mengisi “kursi” yang ditinggalkan sang mantan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar